Pandemi Menjajah dan Merebut Kemerdekaan Kita?

0
386

Karya: Muhammad Rifky Al Varez

Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari Merdeka, Nusa dan Bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka…..
sekali Merdeka, tetap Merdeka
selama hayat masih dikandung badan
kita tetap setia, tetap sedia
mempertahankan Indonesia
kita tetap setia tetap sedia
membela negara kita.

Lagu Hari Merdeka karangan H Mutahar selalu dikumandangkan dengan penuh semangat setiap tanggal 17 Agustus untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia.

Merdeka!, kata itu sering diucapkan dengan nyaring dan penuh semangat, menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap manusia membutuhkan ke-merdeka-an, menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa termasuk Indonesia. Penulis sendiri memaknai kata kemerdekaan ini dengan kebebasan berbuat, dari hal-hal yang membelenggunya tapi dibatasi oleh peraturan dan norma manusia dan cara memperolehnya sesuai dengan ucapan Presiden Amerika ke-32, Franklin D. Roosevelt “arti sebenarnya, kemerdekaan itu tidak bisa diberikan: kemerdekaan harus diraih” Bagaimana perjuangan untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dulu?.

Penulis mengajak untuk kilas balik sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Indonesia memperoleh kemerdekaannya di tahun 1945, setelah Indonesia membebaskan diri dari penjajahan Belanda, Jepang, Inggris dan Portugis. Berperang menggunakan senjata, mempertaruhkan nyawa dan akhirnya dinyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Tidak sampai disitu, Indonesia juga harus mempertahankan kemerdekaannya dengan menghadapi Agresi Militer dan pemberontakan diberbagai penjuru bangsa. Pertanyaannya apakah kita sudah benar-benar merdeka saat ini?.

Sebagai pengamat berita nasional, Penulis melihat Indonesia masih belum memenuhi cita-citanya untuk merdeka, sudah 75 tahun Indonesia merdeka secara konstitusional, akan tetapi masih banyak dari kita yang belum benar-benar merasakan merdeka yang hakiki. Melihat ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seperti : Pendidikan, Kemiskinan, Intoleransi dan Korupsi/Nepotisme. Seperti dilansir dari kompasnesia.com, Alvin Yeyasa dalam artikelnya “Indonesia Belum Sepenuhnya Merdeka” menitikberatkan empat Indikator diatas yang menjadi tolak ukur bahwa Indonesia belum benar-benar merdeka.

Tahun ini, Indonesia memperingati hari jadinya dalam situasi Pandemi, Covid-19 seolah hadir sebagai “pasukan pemangsa” sekaligus pengubah “wajah” dunia, termasuk Indonesia. Berbagai kebijakan pemerintah diberlakukan untuk meredam penyebarannya di Indonesia, diantaranya dengan physical distancing, PSBB (Pembatasan sosial berskala besar), mengadakan rapid/swab test, edukasi tentang virus dan kesehatan tubuh hingga pemberlakuan New Normal, Penerapan kebijakan ini, berdampak secara langsung maupun tidak langsung pada tingkat kepanikan dan stres individu, tingkat pertumbuhan ekonomi, transformasi teknologi pendidikan, dan banyak lainnya. Seluruh masyarakat Indonesia mengalami proses disrupsi hingga kemudian bersiap menghadapi perubahan.

Mari kita renungkan pertanyaan penulis dijudul tulisan ini, “Pandemi menjajah dan merebut kemerdekaan kita?, Maka penulis menyatakan “Iya”, bahwa memang benar-benar pandemi Covid-19 ini seperti demikian. Mengapa seperti itu?.

Perlu diingat, pemberlakuan hal-hal baru yang tidak biasa diatas, menyebabkan kita terbelenggu untuk berbuat sekehendak kita dan menjalankan aktivitas seperti biasanya, bukankah itu sama halnya kita dijajah oleh sesuatu? Atau kita menjadi takut/diperintah oleh sesuatu yang kita tidak inginkan?, Apakah itu sama saja seperti kita dijajah?, Penulis kembali menyatakan “Iya”, kita memang benar-benar dijajah!. Bedanya musuh dalam peperangan ini bukanlah manusia bersenjata lengkap, melainkan virus yang kita tidak dapat melihatnya dan diri kita sendiri yang masih jauh dari kehidupan yang sehat.

Tak hanya itu, pahlawan kita dalam perang ini adalah para dokter dan perawat yang menjadi “garda terdepan” melawan dan menagani Covid-19 ini, tidak lupa juga para aparatur pemerintahan yang sama-sama berjuang keras menghadapi virus, mereka berjuang tanpa lelah untuk melindungi kita agar benar-benar selamat dan terbebas dari virus yang mematikan ini.

Mari kita kembali berkaca kepada sejarah, peristiwa dimana para penjajah dulu menerapkan beberapa program mereka yang membuat bangsa kita sengsara dan berbuat sekehendak mereka. Kita pasti mengenal kerja Rodi dan Romusha, suatu jenis kerja paksa yang diterapkan oleh Belanda dan Jepang ini memaksakan para pekerja untuk melakukan pekerjaan diluar batas kemampuan mereka dan sangatlah berbahaya. Jika kita samakan dengan keadaan sekarang, para pekerja pun dipaksa untuk bekerja, walaupun mereka tau bahwa mereka menghadapi ancaman virus yang sangat berbahaya, namun tidak ada cara lain untuk bisa menghidupi keluarga mereka selain memaksakan diri untuk kembali bekerja dimasa Pandemi ini. Maka dari aspek ekonomi, Pandemi ini telah merebut kemerdekaan kita.

Kita pun mengenal sistem Politik Etis, yang merupakan pengakuan bahwa Belanda memiliki hutang budi kepada orang pribumi Nusantara, bertujuan untuk meningkatkan standar kehidupan penduduk asli. Terutama dalam edukasi, namun dulu hanya sekelompok kecil kaum elit Indonesialah yang dapat mengemban Pendidikan tersebut. Jika kita kembali samakan dengan keadaan sekarang, di Indonesia mulai diberlakukan pembelajaran dengan sistem daring/online, terkait hal itu hanyalah orang mampu dan mempunyai alat/perantaralah yang bisa mengikuti pembelajaran. Sedangkan yang tidak mampu?, mereka tidak bisa mengikutinya. Maka dari aspek Pendidikan, Pandemi ini telah merebut kemerdekaan kita.

Ditinjau kembali dari pernyataan diatas, bahwa Indonesia belum benar-benar merdeka, terutama dalam empat indikator yang telah disebutkan. Dan ditemukan banyak sekali persamaan-persamaan terkait sistem-sistem yang diberlakukan para penjajah dulu kepada bangsa, Penulispun tak menyangka bahwa kita benar telah mengulangi sejarah, sejarah yang dulu dirasakan oleh para pendahulu kita, kini kitapun merasakannya dengan suasana dan masa yang berbeda.

Dalam memperjuangkan kemerdekaan saat ini, kita tidak hanya mengenang jasa para pahlawan terdahulu tapi juga menghargai perjuangan pahlawan “garda terdepan” yang banyak gugur di medan perang dalam proses penyembuhan pasien Covid-19. Tugas kita
sebagai generasi penerus adalah melanjutkan perjuangan para pahlawan terdahulu dengan menghidupkan rasa nasionalisme, semangat persatuan dan kesatuan, juga ikut serta memajukan bangsa dan negara dari berbagai aspek. Terkait dengan fenomena Pandemi, seluruh masyarakat harus bekerjasama, peduli dan sigap dengan situasi bersama agar kasus Covid-19 di Indonesia segera mereda. Tidak hanya mementingkan diri sendiri tapi juga kepentingan bersama.

Merdeka dalam pandemi berarti lepas dari kondisi keterpurukan menuju tatanan kehidupan yang terarah. Dalam memperjuangkan kemerdekaan ini, Penulis bersemangat dan menyusun tiga strategi perang yang bisa ditunjukkan dengan tiga aspek perubahan. Pertama, perubahan pola berpikir. Masyarakat harus mengubah mindset dari “masa bodoh” menjadi peduli lingkungan sekitar, dari pesimis menjadi optimis, dari pandangan hedonis dalam gaya hidup menjadi lebih religius, dan dari pemikiran konvensional menjadi terbuka menerima perkembangan TIK, semuanya untuk bisa melewati ancaman Covid-19.

Kedua, perubahan pola perilaku. Masyarakat harus siap beradaptasi dengan kebiasaan hidup baru dan menjaga konsistensi dalam penerapannya. Hal ini bisa dimulai dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah dalam segala aktivitas, baik di rumah maupun di luar rumah.

Ketiga, perubahan tingkat religiusitas. Masyarakat harus meningkatkan keimanan dan bertawakkal kepada Allah atas ujian berupa pandemi ini. Saat ini, pendekatan kepada Allah adalah cara yang paling baik untuk menenangkan akal dan hati akibat wabah yang merebak. Kondisi akan berubah jika kita mau mengubah diri kita sendiri dengan perbaikan segala aspek kehidupan kita, sebagaimana dalam firman Allah surat Ar-Ra’d ayat 11: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ini menunjukkan pentingnya semangat untuk berubah, dari pribadi yang kurang baik menjadi baik, dan dari yang baik menjadi lebih baik. Segala ikhtiar telah dilakukan, saatnya memohon perlindungan dari Allah agar terhindar dari wabah dan berharap wabah ini akan segera berakhir.

Akankah kita bisa melaluinya?, kita lihat saja nanti, sejarah pasti mencacat perjuangan kita saat ini. Bait lagu “kita tetap setia, tetap sedia mempertahankan Indonesia. kita tetap setia
tetap sedia membela negara kita” harus tertanam di dalam jiwa kita dan sepenuh hati memperjuangkan kemerdekaan ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here