Merindu Edukasi Moral Anak Bangsa – oleh : Lutfi M Faisal ( Juara 1 lomba Penulisan Opini KPMJB 2016 )

Must Read

Tim Sepak Bola Siliwangi Masuk Final Indonesian Games, Pelatih: Awalnya Kita Enggak Berekspektasi Untuk Juara

Kairo, KPMJB Mesir—Tim sepak bola Siliwangi, perwakilan Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB), berhasil menuju final cabang olahraga sepak...

Sempat Tertinggal Dari Tim Bola Voli Putri KKS, Tim Bola Voli Putri KPMJB Tempati Podium Pertama

Kairo, KPMJB Mesir – Meski sempat tertinggal dari tim bola voli putri KKS, tim bola voli putri KPMJB raih...

Tim Basket Siliwangi Pastikan Diri Jadi Juara Setelah Taklukan Tim Basket KMA Dengan Skor Akhir 93-64.

Kairo, KPMJB Mesir— Tim basket Siliwangi KPMJB memastikan diri menjadi juara di final Indonesian Games 2021 setelah menaklukkan tim...

Merindu Edukasi Moral Anak Bangsa


Republik ini sedang dilanda penyakit menular. Kehormatan bangsa ini sedang digerogoti virus busuk menyakitkan, menyusup ke dalam sendi-sendi masyarakat dan tidak memandang siapa korbannya. Baik tua, muda, anak-anak, pria, wanita, pelajar SD, SMP, SMA maupun mahasiswa semua terjangkiti luka menganga tak memandang nama. Ya, itulah ia, degradasi moral.

Sudah tak terhitung membludaknya kasus pembunuhan, kekerasan seksual, tawuran antar pelajar dan penggunaan narkoba dalam beberapa tahun terakhir ini. Negri ini sangat membutuhkan perubahan signifikan terutama dalam sistem pendidikan. Perubahan yang riil, yang nyata, yang terintegritas, bukan hanya lontaran janji manis semata. Masa depan cerah bangsa ini bukan tergantung pada penambahan jam belajar di sekolah yang hanya menambah lelah atau pada tagar #RevolusiMental semacamnya yang digaungkan di berbagai media. Juga bukan pada debat kusir perkara agama yang tak kunjung menunjukkan tanda-tanda reda.
Sementara para elit pejabat negri ini terlalu sibuk pada urusan politik dan mencari popularitas, nilai moral bangsa ini semakin kehilangan perhatiannya. Perlu diingat, bangsa ini -terutama para pemudanya- tidak hanya perlu diasah dalam kecerdasan intelektual (IQ) semata. Jangan kita berbangga-bangga dulu dengan berbagai kejuaraan nasional dan internasional yang ditorehkan para pelajar kita di luar sana sementara akhlak dan moral di dalam terabaikan. Lupakah kita akan sila kedua dasar negara ini, ‘kemanusiaan yang adil dan beradab’? Tidak begitu pentingkah poin ini sehingga elit pejabat dan para aktivis lebih lantang menyuarakan ‘persatuan’ atau ‘kepemimpinan rakyat’ atau ‘keadilan sosial’ ketimbang ‘pembentukan kader beradab’? Mengapa kita jarang sekali mendengar topik vital ini di media-media?

Manusia bukanlah makhluk yang hanya haus akan ilmu pengetahuan. Manusia membutuhkan nutrisi penyeimbang yang bermanifestasi dalam bentuk moral untuk membuatnya mengerti mana yang baik dan mana yang buruk. Ironisnya pemerintah negri ini seperti terbelenggu dalam prinsip menyesatkan bahwa ilmu pengetahuan adalah segalanya. Ditambah dengan ego persaingan global untuk mencetak kader-kader yang unggul dalam IPTEK semakin memarginalkan nilai etika dan moral ini.

Kita semua tentu sudah tahu bahwa kecerdasan intelektual (IQ) tidak lebih penting dari tiga kecerdasan lainnya yaitu kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient), emosional (Emotional Quotient) dan moral (Moral Quotient). Sudah banyak sekali penelitian dan buku-buku ilmiah baik di dalam maupun luar negri yang membuktikan akan urgensi kecerdasan ini. Ary Ginanjar Agustian, sang penulis buku best seller The ESQ Way 165mengatakan dalam bukunya: “Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ), padahal diperlukan pula bagaimana mengembangkan kecerdasan emosi.”[1] Begitu pun Michele Borba dalam prakata bukunya Membangun Kecerdasan Moral mengutip perkataan senada John Molino bahwa “manusia tidak menjadi bermoral dan bijak dengan sendirinya. Kalau pun akhirnya mereka bermoral dan bijak itu berkat usaha sepanjang hidup yang dilakukan mereka sendiri dan masyarakat.”[2] Kedua pernyataan ini menegaskan bahwa peran SQ, EQ dan MQ dalam membentuk karakter individu tidak bisa diabaikan begitu saja. Ia mengajarkan nilai-nilai pergaulan, interaksi sosial, makna hidup, kebaikan serta optimisme yang saat ini jarang kita dapatkan di bangku sekolahan. Inilah yang seharusnya pemerintah lebih perhatikan dalam mendidik anak bangsa. Inilah metodologi yang paling benar dalam meminimalisir penyimpangan sosial dan agama.

Pendidikan spiritual, emosi dan moral (non-akademis) wajib disamaratakan dengan pendidikan akademis. Bukan hanya sebatas teori dan pengayaan yang kemudian dengan mudahnya dilupakan begitu saja. Perlu juga praktek dan teladan yang dicontohkan oleh kalangan tenaga pengajar secara kontinu supaya anak cepat mengerti bagaimana teori itu diamalkan. Apalah sulitnya bagi seorang guru TK untuk meluangkan sedikit waktu di kelas setiap hari, menceritakan kisah keteladanan para Nabi dan tokoh-tokoh teladan lainnya. Hal ini justru lebih membuat anak nyaman ketimbang membebani mereka dengan tumpukan teori pelajaran seharian. Siswa tidak lebih membutuhkan sistem pembelajaran kaku dan monoton yang hanya berorientasi pada kualitas nilai akademik. Mereka lebih membutuhkan bimbingan moral, emosi dan konseling karena hal tersebut selain memiliki pengaruh lebih besar dalam meraih kesuksesan juga dapat meningkatkan kualitas IMTAK (Iman dan Takwa) yang tidak kalah penting dari IPTEK. Dengan mensinergikan keempat kecerdasan ini (Spiritual, Emotional, Moral, Intelligence Quotient) maka akan terlahir manusia-manusia unggul berkarakter kritis, disiplin, analitis, optimis, kreatif dan memiliki nilai moral tinggi.

Sudah saatnya pemerintah mempertimbangkan kebijakan sistem pendidikan ini karena sangat menyangkut nasib moral masyarakat. Kurangi porsi sistem pengajaran IPTEK di sekolah, maksimalkan pembelajaran akhlak, moral dan norma-norma masyarakat layaknya yang diajarkan di lembaga pesantren ataupun lembaga pendidikan sejenisnya. Ubahlah sistem tersebut dengan mengedepankan kreativitas. Karena manusia-manusia muda seperti mereka masih terlalu ‘hijau’ untuk dipaksakan sistem pembelajaran serius nan kaku. Dari situ mereka akan ‘melampiaskan’ kejenuhan tersebut ketika jam pelajaran sekolah usai yang sayangnya terkadang dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Lagi-lagi karena kurangnya nilai moral yang mereka dapat.

Agaknya kurang tepat jika dikatakan pendidikan hanya sebagai wadah akademik. Sehingga dalam hal mendidik moral anak bangsa ini pemerintah juga haruslah serius seseriusnya mendidik kualitas akademik mereka. Kita semua merindukan bangsa Indonesia yang damai, beradab dan terhormat. Kita semua merindukan pendidikan moral yang tepat untuk umat.

Daftar catatan kaki
[1] Ary Ginanjar Agustian. 2006. The ESQ Way 165. Jakarta: Penerbit Arga. Hal. 41.
[2] Michele Borba. 2008. Membangun Kecerdasan Moral. Gramedia Pustaka Utama.
Biodata Penulis

Luthfi Muhammad Faisaldilahirkan di Tasikmalaya pada 16 Juli 1996. Memulai karir pendidikan di SDN Cintawana Tasikmalaya (lulus 2008), MTs Darunnajah Garut (lulus 2011) dan MA Sunan Pandanaran Yogyakarta (lulus 2014). Saat ini sedang mengenyam pendidikan strata satu di Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo dengan fokus jurusan akidah. Merupakan penikmat buku-buku tentang sejarah, pemikiran dan peradaban. Penulis bisa dikontak di nomor +20 112 487 7870.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest News

Tim Sepak Bola Siliwangi Masuk Final Indonesian Games, Pelatih: Awalnya Kita Enggak Berekspektasi Untuk Juara

Kairo, KPMJB Mesir—Tim sepak bola Siliwangi, perwakilan Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB), berhasil menuju final cabang olahraga sepak...

Tim Sepak Bola Siliwangi Masuk Final Indonesian Games, Pelatih: Awalnya Kita Enggak Berekspektasi Untuk Juara

Kairo, KPMJB Mesir—Tim sepak bola Siliwangi, perwakilan Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB), berhasil menuju final cabang olahraga sepak bola pada ajang Indonesian Games...

Sempat Tertinggal Dari Tim Bola Voli Putri KKS, Tim Bola Voli Putri KPMJB Tempati Podium Pertama

Kairo, KPMJB Mesir – Meski sempat tertinggal dari tim bola voli putri KKS, tim bola voli putri KPMJB raih podium pertama pada pagelaran final...

Tim Basket Siliwangi Pastikan Diri Jadi Juara Setelah Taklukan Tim Basket KMA Dengan Skor Akhir 93-64.

Kairo, KPMJB Mesir— Tim basket Siliwangi KPMJB memastikan diri menjadi juara di final Indonesian Games 2021 setelah menaklukkan tim basket KMA, Rabu (24/11/21) dengan...

Masuk Final Lomba Tenis Meja Ganda Putra Indonesian Games, Restu: Itu Emang Hoki Juga

Kairo, KPMJB Mesir—Pemain tenis meja ganda putra Restu Hidayatullah dan Fathi Robbani yang mewakili Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB) Mesir, sukses masuk final...

More Articles Like This

_________________
×

Struktur Organisasi KPMJB Periode 2021

________________
×

Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB) merupakan suatu wadah pemersatu dan wadah kehidupan bermasyarakat bagi mahasiswa dan warga Jawa Barat yang berdomisili di Mesir. KPMJB berperan sebagai pusat pembinaan dan pengembangan kreativitas warga untuk membantu dan mewujudkan program-program Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, membentuk manusia yang beriman, berilmu dan beramal, berkepribadian tinggi serta bertangggung jawab kepada agama, nusa dan bangsa.

Kehadiran Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB) tak bisa dilepaskan dari unsur mahasiswa Jawa Barat di Mesir. Inisiatif berdirinya KPMJB merupakan kehendak bersama masyarakat Jawa Barat ketika semakin bertambahnya jumlah mahasiswa asal Tatar Pasundan yang menuntut ilmu di Mesir.

Organisasi ini berdiri pada tanggal 10 November 1977 sebagai perwujudan rasa kebersamaan selaku orang Jawa Barat, sekaligus sebagai refleksi keakraban serta kekompakan dalam meraih kesuksesan yang dicita-citakan. Para founding father KPMJB kala itu terdiri dari 4 orang. 1) Dudung Abdul Halim, MA. dari Tasikmalaya, 2) Endang Yusuf, Lc. dari Garut, 3) Sulaeman, Lc. dari Tanggerang, dan 4) Abu Bakar, Lc. dari Gorontalo. Perkumpulan warga Jawa Barat ini lebih memilih nama kekeluargaan dan kemasyarakatan. Dengan sebuah harapan KPMJB mampu menjadi wadah kegiatan kemasyarakatan (sosial), pendidikan, dakwah dll., untuk lebih merekatkan tali silaturahmi antaranggota sebelum terjun di Jawa Barat. Selain itu, organisasi ini menjungjung tinggi nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian).

Keberadaan KPMJB dengan Jawa Barat lebih hanya karena ikatan emosional kedaerahan. Dan sama sekali tidak ikatan formal-birokratis dengan Pemerintah Jawa Barat. Nama inilah yang membentuk sebuah sikap kekeluargaan, dengan latar belakang dan adat istiadat yang sama sehingga menjadi wahana strategis untuk menumbuhkan sikap sauyunan dalam segala aspek kehidupan: beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pada awal berdirinya, kehidupan KPMJB terkesan nomaden, berpindah dari apartemen ke apartemen. Hal ini dikarenakan tidak ada tempat khusus untuk sekretariat organisasi sebagai sentral kegiatan.

Pada periode Sibli Wardi, MA, tahun 1984 seiring dengan bertambahnya jumlah anggota, KPMJB mulai memiliki sekertariat bertempat di Building 26 lantai 9 Hedr el-Thony St. Nasr City Cairo. Waktu itu KPMJB beranggotakan sekitar 60 (enam puluh) orang. Sampai tahun 2005 sekretariat KPMJB sering berpindah-pindah tempat karena selalu bermasalah dengan pihak tuan rumah. Bahkan pada tahun 1999 periode Abdullah Fikry Basya, sekretariat KPMJB terpaksa diusir oleh tuan rumah karena flat yang ditempati oleh KPMJB akan dijual.

Dalam hal dengan kepemimpinan organisasi, dari semenjak tahun 1977 sampai tahun 2006, pimpinan KPMJB telah mengalami pergantian kepengurusan DP-KPMJB sebanyak 19 kali dan 2 kali kepengurusan reshufle disebabkan pulangnya Ketua Umum. Begitu pun dalam periodisasi kepengurusan DP KPMJB. Dari mulai tahun 1977 sampai 1997, pimpinan KPMJB menjabat selama 2 tahun. Namun seiring dengan perubahan jadwal kurikulum di Universitas Al-Azhar, dari tahun 1997 sampai sekarang, masa jabatan kepemimpinan KPMJB dibatasi menjadi 1 tahun saja. Sampai saat sekarang, telah terjadi pergantian kepengurusan DP-KPMJB sebanyak lebih dari 25 kali.

VISI dan MISI

Visi KPMJB (Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat) adalah menjadi wadah kesatuan organisasi mahasiswa/i Mesir yang bertujuan untuk melahirkan mahasiswa/i yang berwawasan IPTEK dan IMTAQ serta profesional di bidangnya.

Misi KPMJB Mesir:

1. Menjalin komunikasi dan mempererat silaturahmi dan membangun jaringan antara anggota dan alumni dalam rangka meningkatkan solidaritas.

2. Meningkatkan peran KPMJB Mesir agar menjadi organisasi dengan memantapkan keberadaan organisasi di kalangan anggota, masyarakat dan pemerintahan.

3. Mengembangkan sikap ilmiah dan sikap keahlian anggota melalui kegiatan dan tradisi ilmiah agar mampu berperan aktif dalam agama dan pembangungan nasional.

4. Mengembangkan organisasi sebagai wadah koordinasi kegiatan dan forum komunikasi untuk mewujudkan partisipasi anggota dalam pengabdian masyarakat sesuai etik dan agama.

Sekretariat: Mecca Tower No.17 Blok 28 Flat 201-202 9th District Nasr City, Cairo, Egypt

Last Update Apr.20.04.2020