Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (kiri), Gubernur Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB) di Mesir Avan Senapraja (tengah) dan Dubes RI untuk Mesir Helmi Fauzi (kanan) mengacungkan jempol sebagai jargon Jabar Kahiji dalam dialog Kebangsaan dan Tarhib Ramadhan di aula Pasangrahan Jawa Barat, Cairo. Mesir.
KPMJBMESIR.ORG – CAIRO. MESIR.– Gubernur Jabar Ahmad Heryawan meminta ribuan mahasiswa Indonesia, khususnya asal Jabar yang berkuliah di Al Azhar Mesir segera menyelesaikan misi pendidikannya dan pulang kampung. Sudah saatnya para lulusan Mesir itu menjadi benteng akidah di kampung halamannya.
Hadir dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Pendidikan Jabar Asep Hilman, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar Ferry Sofwan, Asisten Bidang Kesra Setda Jabar Ahmad Hadadi dan sejumlah komisaris Bank BJB.
Aher menjelaskan, selama ini banyak fenomena tentang aliran yang menyimpang di Tanah Air. Kondisi itu dipicu oleh kekosongan para figur yang bisa menjelaskan agaman secara utuh, khususnya di beberapa pedesaan. Khusus pada agama Islam, ungkap dia, sangat kurang ulama, ajengan, ustadz dan kyai di perkampungan yang memberikan pemahaman utuh sesuai mainstream yang diturunkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Kata Aher, kekosongan peran itulah yang membuat sejumlah pembawa aliran sesat leluasa menularkan pemahamannya ke masyarakat. Di tengah kondisi itu, papar dia, masyarakat yang menjadi calon korbannya tengah direlung persoalam ekonomi dan pendidikan. Faktor ekonomi dan pendidikan menjadi penopang mudahnya masyarakat ditulari pemahaman sesat.
Menurut Aher, aliran sesat yang selama ini mengancam masyarakat, yakni ajaran yang mainstream-nya bertolak belakang dengan ajaran Nabi. Di antaranya penolakan terhadap pemerintahan dan penyalahgunaan hukum pernikahan.
”Tidak ada sejarahnya pernikahan itu diniatkan untuk sesaat saja. Daam Islam, pernikahan itu untuk selamanya, dunia hingga akhirat,” ujar Aher disambut tepuk tangan para mahasiswa Al Azhar.
Aher sengaja mendatangi para mahasiswa asal Jabar di Mesir untuk meminta berpartisipasi dalam menjaga umat di kampung halamannya. Dia memaparkan, antara muslim di Indonesia dan Mesir memiliki pemahaman yang sama, yakni mazhab Imam Syafii. Di Indonesian dan Mesir, ungkap dia, sama-sama menggunakan qunut, tahlil, syair barzanji dan Maulid Nabi.
”Kesamaan ini menjadi benang merahnya. Di Al Ahar menggunakan mazhab Imam Syafii,” tambahnya. Pemahaman itulah yang dibutuhkan masyarakat di perdesaan yang kekosongan figur ulama dan ustad.
Masih dikatakan Aher, pemahaman ajaran yang dimiliki oleh mahasiswa Al Azhar itu pula dapat menjaga masyarakat dari ancaman kejahatan seksual dan penyakit masyarakat lainnya. Untuk itu, ungkap dia, sebisa mungkin para mahasiswa Al Azhar asal Jabar menuntaskan waktu kuliah S1 dalam kurun waktu empat atau lima tahun.
Setelah itu, lanjut dia, segera pulang kampung dan membangun peradaban kemajuan di kampung halamannya.
Tidak hanya itu, Aher menyatakan siap membantu mahasiswa Jabar yang berkuliah di Al Azhar. ”Kami butuh peran mereka untuk menjaga dan mewujudkan stabilitas di Tanah Air,” tuturnya.
Menurut Aher, stabilitas itulah yang akan menopang akselerasi pembangunan di Tanah Air, khususnya di Jabar. Jika situasi aman dan tentram, maka pembangunan ekonomi pun akan berhasil. Investor pun, imbuh dia, akan menggelontorkan investasinya untuk Indonesia, khususnya untuk Jabar.
Gubernur KPMJB di Mesir Avan Sanapraja menyambut baik motivasi Aher terkait akselerasi misi pendidikannya. Dia mengaku akan mengingatkan teman-temannya untuk segera berkontribusi terhadap Provinsi Jabar.